雷神の
少し響みて
さし曇り
雨も降らぬか
君を留めむ
Faint drums of thunder
Company to clouded skies;
I wonder if rain will come.
Will you stay with me?
Hujan

Salah satu hal yang telah menemaniku sedari kecil ialah hujan.
Bukan apa, kala kecil, aku hanya bisa menatapi hujan dari luar. Takut kelelahan, katanya (Siapa yang tahu ternyata lebih lelah tumbuh besar, haha). Jadi ya.. aku hanya bisa membayangkan dan berangan-angan.
Gimana ya rasanya hujan?
Aku mau basah-basahan!
Asosiasiku terhadap hujan kala itu: sebuah cuaca menarik yang bisa menjadi tempat aku bersenang-senang dan seru-seruan bersama teman.
Untungnya, hal tersebut memang aku rasakan, hehe. Sayangnya, memang agak lama. Aku baru bisa merasakan bermain di bawah hujan saat aku, kapan ya? Kelas 6, kalau tidak salah. Itu di hari Jumat dengan hujan yang agak deras. Entah apa yang merasukiku, aku langsung terpikir untuk bermain hujan. Oh, waktu itu juga ada teman-temanku, jadi aku tidak sendiri saat bermain hujan.
Setelah aku bermain hujan, baru aku tahu mengapa aku sangat ingin bermain hujan. Jujur, aku hanya manusia biasa, makan nasi (Pak Jokowi, tolong notice saya). Bathtub tak punya, berenang pun jarang, mandi pun pakai gayung. Ini yang jadi alasan aku senang bermain hujan saat itu. Aku merasa hujan adalah momen langka untuk aku bisa melepas penat dengan mandi air yang deras dan gratis.
Langka
Puas rasanya kala itu, rasa penasaranku sudah terjawab ^^. Dalam hati kecilku, aku berpikir, kalau bisa bermain hujan selamanya, selamanya akan kulakukan itu.
…
Baru saja aku berteduh di bawah Labtek V ITB Ganesha. Tiap hari rasanya adaaaaaa aja hujan yang muncul. Mungkin, kalau aku pasang kolam renang, udah keisi kali, ya. Bisa kali tuh berenang tiap hari, gratis.
Sayangnya, sekarang waktunya (mungkin) udah ada, tapi kesempatannya yang tiada. Tiap hari kerjaannya ngerjain tugas besar (termasuk UTS yang lagi diketik ini, adoh). Gaada waktu buat mikirin kapan bisa hujan-hujanan.
Tapi, kalau bisa, aku akan selalu menyempatkan melihat hujan.

Menatap hujan sekarang mengingatkanku akan waktu yang fana. Hujan yang sementara, seakan memberi waktu kita untuk merenung dan berpikir, atau bahkan bersedih di bawahnya. Ia seakan mau menemani kita.
Dan di sinilah aku sadar, asosiasiku pada hujan telah berevolusi.
Jika dulu hujan adalah arena bermain, kini hujan adalah teman merenung.
Jika dulu hujan adalah “mandi gratis” untuk melepas penat fisik, kini hujan adalah “tangisan langit” yang membantuku melepas penat batin. Hujanlah tempat aku diizinkan “menerima kesedihan” tanpa merasa bersalah.
Saat “hujan” jugalah, kita membuka sisi terdalam kita.
Tanka yang tertulis di awal, aku kutip dari Kotonoha no Niwa. Dalam cerita itu, dipertemukan dua orang yang seharusnya tak pernah bersatu. Akan tetapi, mereka telah membuka diri dan percaya satu sama lain di bawah hujan yang berlarut-larut.
Mungkin, jika ada waktunya nanti, aku akan belajar membuka diri di bawah hujan. Berdiri tepat di bawahnya, berjalan mengitari bentala, melapaskan segala kesedihanku.
Mungkin.
雷神の
少し響みて
降らずとも
我は留らぬ
妹し留めば
Should the faint drums of thunder
Not come down today,
If you pull me by your side,
I’ll be here with you.

Dibuat dengan 💚 sebagai bagian dari UTS Komunikasi Interpersonal